Yang menjadi masalah setiap mahasiswa (umunya laki-laki) yang jauh dari orang tua adalah: hidup tidak teratur dan berantakan. Itu semua tercermin dari keadaan kamar kosannya:
Kamar penuh sampah, barang-barang berserakan di mana-mana, kamar mandi tidak pernah dikuras sehingga bau semerbak menyebar ke mana-mana. Singkatnya: kotor di mana-mana.
Mahasiswa yang baik adalah mereka yang sadar akan ketidakteraturan mereka, dan mau beranjak dari tempat tidur untuk berbenah diri: mulai untuk hidup teratur lagi. Maka bergerak lah ia dengan beberapa langkah:
1. Semua yang berbau dan kotor diangkat keluar (khusus untuk tempat tidur yang sudah penuh dengan semut). Semut-semut ini harus diberantas, karena dia aktor penting peganggu tidur di malam hari…
…dan ke sini lah hal-hal yang berbau itu ditempatkan:
TARAAAAA….: genteng!
2. Kemudian membuang semua sampah-sampah yang lain, merapikan barang-barang dengan meletakkannya ke tempat yang layak. Begini lah kira-kira:
kardus-kardus mulai dirapikan…
kamar mandi mulai dibersihkan (yang terpenting, ketersediaan air. Cukup sudah merana tak ada air karena bak-nya kotor).
Begitulah. Semua itu aku lakukan selama lebih/kurang empat jam. Hasilnya, kamar yang bersih lagi nyaman untuk siap-siap akan mengerjakan tugas.
Eits, si Bagas datang, dia malah menumpang pesbukan:
Berhubungan dengan kerja bersih-bersih ini (bersih-bersih diri juga, mulai mengatur kembali pola hidup yang berantakan), aku teringat sebuah puisi yang pernah aku buat:
Semut hitam berjalan di sebelah kotak putih
Ya, saya bergetar ketika melihat foto itu, ukiran ke kanan ke kiri yang biasanya selalu dianggap sebagai sedekah paling mudah di dalam kitab-kitab
Tapi katanya terkadang ukiran itu juga bisa menipu. Seperti saya sekarang ini yang merasa tertipu dalam barisan tonggak yang bisa kita baca.
Benar juga kata si Jaka, orang yang cantik pasti memiliki anjing penjaga di Nusantara ini. Berbeda dengan orang-orang kulit putih yang jauh terlihat elegan di layar tv, namun sesungguhnya mereka berada di dalam dunia ketakutan dan lebih sampah dari orang tertindas.
Bukankah dari kemarin paman dan bibi kita memerintahkan untuk membolak-balik halaman arus balik?
Cerita saudara saya dari air terjun Niagara juga menegaskan kata itu. Ditambah lagi saya menyaksikan adegan yang paling saya suka di filem-filem orang Barat, ciuman dalam keadaan badan basah kuyup.
Ah, jeda sekitar sepuluh menit tadi, sekali lagi saya di bentak oleh mereka. Dan baru saja saya mendapat kabar bahwa memang bukan saatnya saya masih mengeluh di catatan sambil membuat senyum sedih dengan titik dua dan tanda kurung.
Satu-satunya kunci penyelesaian adalah saya harus segera berdiri dari tempat tidur yang pengap ini, karena sedari tadi semut-semut mulai menjalari kotak rokok saya.
Hoi, tebing yang ingin kau panjat masih menunggu, ayo kembali ke rencana semula!
(Manshur Zikri, 8 September 2010)
…maka kasur yang awalnya penuh semut itu, setelah dijemur, kemudian diletakkan di singgasananya kembali. Tempat tidur tampil dengan rapi (walau tidak serapi kamar Afifah, kakak saya, yang memang cekatan mengurus hal-hal seperti ini).
…kamar mandi juga tampil bersih (walau tidak begitu terlihat perbedaannya dengan sewaktu belum dibersihkan). Sekadar informasi, aku menghabiskan setengah botol karbol untuk menguras semua bercak hitam itu, tetapi, tak juga ada perubahan. Biarlah, yang penting sekarang ini aromanya harum semerbak karbol.
Kamar sudah bersih: nyaman untuk mulai mengerjakan tugas. Akan tetapi, badan begitu lelah…
…dan ini lah yang terjadi, tertidur pulas di atas kasur yang sudah bersih, dan tugas kuliah terlupakan begitu saja. #bebas
___________________________________________________________
Tulisan ini dibuat pada tanggal 16 Oktober 2011. Terimakasih kepada Bagas yang sudah menjadi tokoh utama dalam cerita ini. #asyek