“Di sini tidak ada ranting,” kata si kakak. “Yang ada hanya kabel-kabelan dan jeruji kipas angin. Mungkin kita bisa pakai itu saja, daripada jauh-jauh mencari ranting di hutan atau kebun orang.”
“Dari mana kau tahu itu?” tanya si sosok kecil.
“Dia yang bilang…!” si kakak menunjuk atap rumah. Di situ, ada seekor burung tukan, yang kemudian melompat-lompat dari satu kusen ke kusen yang lain, sembari memperhatikan mereka. Ia merangkul sebuah buku gambar dan alat tulis di balik sayapnya.
“Di mana kita bisa mendapatkan bulu angsa?” tanya si sosok kecil.
“Di sini tidak ada bulu angsa,” sahut Sarah. “Yang ada hanyalah sarung bantal dan plastik kresek. Mungkin kita bisa pakai itu saja, daripada jauh-jauh mencarinya ke toko bulutangkis atau pasar burung.”
“Dari mana kau tahu itu?” tanya si sosok kecil lagi, keningnya berkerut.
“Dia yang bilang…!” Sarah dan si kakak menyahut serentak, menunjuk Si Burung Tukan. Burung itu memperhatikan mereka.
Kemudian, bersama-sama mereka beranjak masuk ke dalam rumah, mencari-cari jeruji kipas angin dan kabel, sarung bantal dan plastik kresek. Kemudian mereka berkumpul kembali di depan rumah. Bersama-sama mereka mulai mencoba merakit sayap untuk Si Gajah. Kerangkanya dirakit bukan dengan ranting melainkan jeruji, dan sayapnya bukan dari bulu melainkan plastik kresek.
“Bagaimana cara merakitnya?” tanya si sosok kecil.
“Tanya saja dia…!” si kakak menjawab, sambil menunjuk Si Burung Tukan.
Di atas kusen pintu rumah mereka, Si Burung Tukan, sambil melompat-lompat, memperhatikan mereka. *
_______
Cerita ini adalah bagian dari karangan panjang berjudul “Sejurus Pandang pada Sarah“. Bab-bab dari karangan ini lebih dulu terbit sebagai cerbung di akun Instagram @embaragram sejak tanggal 28 Agustus 2018 dan masih beroperasi hingga sekarang. Selain itu, repost dari karangan ini juga termuat di media Wattpad Embaragram.
Pingback: 018 – Berkenalan dengan Si Burung Tukan | manshurzikri
Pingback: 016 – Resep Untuk Bisa Terbang | manshurzikri