Baca kabar
dari salah satu Nordik paling selatan
bahwa Jafar Panahi gagal
menaklukkan tahta Amnesty
padahal, katanya dia
menyuguhkan sajian politik paling cerdas,
paradoks pilu dan lucu
itulah pesona seorang humanis
di masyarakat kiwari,
tetapi ia diam dalam dua puluh tahun.
Demikianlah kiranya alam pikir
ini bertuang pada suatu
ketinampilan
enam tahun yang lalu,
di atas sebuah medium
menyimpangkan kodrat kata dan cinta
Ah, hari ini kala itu
para sejawat memasukkan kubah emas
ke dalam bingkai yang gaib itu.
Ini seribu kali sudah kita berburu
tentang kisah-kisah lama
menemukan kemegahannya
lewat simpangan terkelindan.
“Semua terekam tak pernah mati!”
“Semua terekam tak pernah mati!”
“Semua terekam tak pernah mati!”
seru The Upstairs di tahun 2006
Kepada yang puitiklah ‘kan ditemui jalan
demi melihat sulur-semulur yang kian
sentrifugal dan sentripetal nian
dengan sensibilitas yang tidak artifisial
—cinta
Kapankah linimasa kita mengamini
persetubuhan dengan kota
dan perkamen-perkamen terbaru
untuk mengempang keterlupaan,
kealpaan, kelemahan, dan kegalauan
kids jaman now yang menyusul
kepekaan kita atas situasi termutakhir
dari psikologi rekan-rekan di kiri-kanan
kita, yang sejelasnya?
Jolanta menunjukkan dot hijaunya, detik ini juga…
Hoi, tebing yang ‘kan kita panjat
seribu kali masih akan meninggi!
Lekaslah, kembali ke rencana semula!
Begini, kan(?): “Hoppla!”
Manshur Zikri
Jakarta, 28 Desember 2017