menjelang pukul delapan pagi
pinggang kita bergoyang, sayang,
ke kanan dan ke kiri
kuhitung pelan-pelan dalam hati
hingga enam ratus ayunan
sampai matahari memecah darah-darahmu
menjadikan kulitmu sawo matang
buruh-buruh pabrik
di sebelah rumah kita
berdatangan satu per satu
memasuki gerbang tinggi
di balik pos satpam
di samping ATM
kita juga melihat wajah-wajah familiar
melintas hampir setiap hari.
beberapa melihat kita, tersenyum segan-segan
yang lain acuh tak acuh
sedangkan satpam yang kerap mengintip kita
setiap pagi
tak pernah melempar senyum
hanya kali di depan rumah kita
yang gemar terpingkal-pingkal
mulutnya selebar bising airnya
di kala malam kita yang panjang
menanti dengkurmu
Manshur Zikri
Yogyakarta, 18 Oktober 2020