Halaman kosong selalu melenakan;
aku mengira aku telah berjalan jauh,
padahal aku salah mengartikan kosong
bukan hampa, karena ia akan diisi
dan dilalui
tapi melenakan, memberi ilusi
mengenai tempuh
sedang suara mobil yang menempuh
di atas aspal, jauh dari pintu rumah kita
entah sudah berapa mil yang ia lewati
untuk menempuh rumah yang ia tuju
Halaman kosong selalu melenakan;
aku mengira sampah tak akan pernah datang lagi
hingga waktu berjalan kurang dari sekejap
aku harus mengangkat sapu lidi lagi dari sandarannya
untuk kutarikan di atas lantai semen
yang mempunyai liuk-liuk garis seperti ular
yang di dalamnya pasir-pasir siang hari menumpuk lembab
mendekilkan tampang gubuk kita
tapi kekosongannya—tatkala lahannya kosong
—tetap saja menipu
mataku yang tak jarang juga kosong
menanti waktu-waktu sendiri
untuk dapat mengisahkan dengkurmu
dan juga dengkur ibumu
Halaman kosong selalu melenakan.
Manshur Zikri
Yogyakarta, 17 Oktober 2020