detik-detik rusa bernyanyi
“sembuhkan bumi”
sembari menggendongmu
tanpa bedong,
sementara wajahmu bengong
dan aku berusaha mengisi halaman kosong
kita tiba di puisi ketiga belas, sayang
yang pada waktu-waktu angin dicari
di celah-celah jeruji mesin
di antara daun-daun pintu kamar
di sela-sela kehebohan tanganmu meninju langit,
dan kakimu menyepak selimut
“sembuhkan bumi” terus terdengar
padahal rusa berlari ke balik pintu
membasuh tubuhnya,
Oh, betapa indah.
Manshur Zikri
Yogyakarta, 18 Oktober 2020