Ia bentangkan kain merah luas
ketika segaris cahaya kecil
tumpah dari langit ruangan besar.
Puluhan mata melihat, bertanya-tanya;
baginya, kain itu merah jambu,
tapi tidak bagi kami.
Badannya beringsut pelan usai para dayang
melepas sudut-sudut kain pada penghujung
sentuhan segaris cahaya ramping
yang menegaskan: bagaimana ruang kosong
perlahan terjajah tubuh yang tak kerempeng.
Baginya, kain itu merah jambu,
tapi tidak bagi kami.
Tubuhnya diam di bawah kemerahjambuan
kain yang ia sematkan sebuah konsep
performativitas Judith Butler.
Geming lekuknya merupakan tekstur pekat
Yang menerjang mata kami yang menganggap
kain itu merah menjerat
tubuh kami untuk menetap di tempat.
Baginya, kain itu merah jambu,
tapi tidak bagi kami.
Tatkala tekstur sirah itu bergerak perlahan,
Kami bertanya: menangiskah, ia?
Lantas langgam biomorfis itu
mencari formasi tertentu
tiba-tiba menjadi figur yang kaku.
Kami bertanya: tertawakah, ia?
Merah jambu menari-nari di alam kebisuan kami
yang merinding dan tercengang oleh pertanyaan
tentang apa yang selama ini kita ingkari
dari protes-protes yang diungkap demi kesetaraan
Di ujung ekstasis puitik yang meneror itu,
Merah jambu berteriak kencang menjadi ambigu,
antara tawa dan tangis; antara kuasa dan dikuasai.
Baginya, kain itu merah jambu,
tapi tidak bagi kami.
Manshur Zikri
Jakarta, 28 Juni 2019
Like this:
Like Loading...